Ambon Pilot P2KP-3

Name:
Location: Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Monday, May 22, 2006

Katong Ingin:

"Seng" Ada Apa-apa Lagi
MENEBAR pandang pada deretan pegunungan yang membelah Kota Ambon, terlihat petak-petak kosong tanpa penghuni, di samping tetumbuhan liar yang bebas menutup sisa-sisa bangunan yang hangus terbakar. Memindahkan perhatian ke barisan pantai Teluk Ambon, tampak puluhan kapal ikan tidak terawat ditinggal pemiliknya.
Ambon yang didominasi perbukitan berlereng terjal dan daratan seluas 377 kilometer persegi serta terbagi dalam tiga wilayah kecamatan, sepanjang tiga tahun terakhir belakangan ini memang berada dalam kondisi yang memprihatinkan. "Terimalah Ambon seperti adanya sekarang, kawan," sapa beberapa orang setiap menyambut pendatang. Ambon Manise seng ada lagi.
Polisi dan tentara gampang ditemui dalam pos-pos yang dibangun dalam interval tidak sampai seratus meteran. Dalam beraktivitas, mereka senantiasa melengkapi diri dengan senjata -mempertegas Ambon yang masih berstatus darurat sipil. Meski terlihat normal, suasana tegang tetap terasa.
Menelisik lebih jauh, sudut-sudut ekonomi masih harus merayapi perjalanan panjang untuk kembali ke kondisi semula. Salah satu imbas dari instabilitas keamanan adalah terdorongnya aktivitas perekonomian masyarakat menuju wilayah permukiman, tidak lagi terkonsentrasi di tempat semestinya. Pasar-pasar masih sebatas interkomunitas. Ambon Plaza yang dulu menjadi sarana hiburan seluruh warga, kini harus tampil seadanya dengan membiarkan sebagian los besar terbakar ditempati para pengungsi yang memeriahkannya dengan jemuran pakaian seadanya.
"Masih panjang jalan yang harus dijalani oleh masyarakat Kota Ambon untuk bisa kembali seperti sebelum kerusuhan," kata Wakil Wali Kota Ambon Syarif Hadler yang ditemui Kompas di Ambon.
Tambahan lagi, indikasi ekonomi menunjukkan penurunan yang jelas. Pendapatan regional per kapita tahun 1999 Rp 2,5 juta, menurun dibanding tahun 1998 yang Rp 3,7 juta. Sebelum kerusuhan, pada periode 1998/ 1999, pendapatan asli daerah (PAD) Ambon bisa mencapai Rp 7 milyar setahun. Pada tahun 2000, angka itu anjlok menjadi hanya Rp 400 juta. Namun, seiring perbaikan yang terus berjalan, PAD Kota Ambon sampai September 2001 sudah mencapai Rp 1,1 milyar.
Selama ini Kota Ambon sangat mengandalkan pemasukannya dari sektor jasa. Sektor yang diunggulkan, yaitu yang memberi konstribusi di atas lima persen Produk Demostik Regional Bruto (PDRB) meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, angkutan dan komunikasi, jasa, pertanian, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor industri.
Lebih dari 70 persen PAD, menurut Syarif, disumbangkan oleh sektor jasa. Namun, akibat kerusuhan yang belum seluruhnya pulih seperti semula, sektor tersebut diakui, masih berat untuk dikembalikan sebagai sektor andalan. "Namun, dengan kecenderungan sampai saat ini, kami berharap target Rp 1,5 milyar pada akhir tahun dapat tercapai, antara lain dari pajak hotel dan restoran," kata Syarif.
Pelabuhan Ambon sebagai pintu masuk, pada tahun 2000 hanya disinggahi 1.785 kapal dengan 115.476 penumpang turun dan 132.894 penumpang naik. Statistik itu jauh menurun jika dibandingkan pada tahun 1998 saat 4.262 kapal penumpang menyinggahi Ambon. Tidak jauh berbeda dari Bandara Pattimura, lalu lintas pesawat menurun. Pada tahun 1998, masih sekitar 2.900 pesawat. Tahun 2000 hanya 1.600 pesawat.
***
LANTAS apa yang bisa diharapkan jika semua sendi sempat nyaris lumpuh?
Syarif menjelaskan, ada lima isu pokok dan empat isu penunjang yang dijadikan patokan sesuai dengan visi Kota Ambon lima tahun ke depan. Isu pokok tersebut adalah stabilitas ekonomi, stabilitas keamanan, pemberdayaan manusia, tumbuhnya pusat aktivitas dan transit bisnis, serta persaudaraan dan demokrasi.
Seperti yang diusulkan di bidang pemerintahan, pemerintah kota sudah mengusulkan lima rancangan peraturan daerah (raperda) yang membahas pembentukan kelembagaan daerah. Kelima raperda itu menyangkut organisasi dan tata kerja sekretariat pemerintah kota dan DPRD, dinas-dinas daerah, lembaga teknis, kecamatan dan kelurahan. Struktur yang ada memang masih "gemuk" meski tetap kaya fungsi.
Untuk kesuksesan program pembangunan, pemerintah Kota Ambon sendiri merencanakan pembangunan Ambon bakal berangkat dengan modal tambahan berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 102 milyar dan dana kontijensi sebesar Rp 24 milyar.
"Namun, tanpa diawali kondisi keamanan yang kondusif, kebangkitan kembali Ambon semakin memakan waktu. Kami tidak boleh jenuh atau putus asa. Sebab, suatu saat nanti kondisi yang diharapkan itu pasti bisa tercapai," kata Syarif.
***
JIKA sekarang masih banyak hambatan yang harus dilalui, hal itu disadari seluruh warga Ambon. Sebagai ibu kota provinsi, Kota Ambon yang merupakan salah satu pusat gugusan pulau di Maluku diharapkan bisa jadi pusat perdagangan dan jasa serta pemerintahan. Kota Ambon masih diharapkan jadi pusat aktivitas bisnis dan pusat transit bisnis yang sejajar dengan kota besar lainnya di kawasan timur Indonesia.
Masyarakat semestinya bisa berkaca, betapa hidup sekarang menjadi berbeda. Kantor-kantor pelayanan harus terpisah mengikuti masing-masing komunitas, roda perdagangan antarkomunitas hanya terjadi di tapal batas di bawah pengawasan tentara dan polisi. Keinginan untuk saling menyapa tertahan oleh rasa takut. Akibat konflik, telah menciptakan 200.000 pengungsi. "Katong ingin seng ada apa-apa lagi. Ambon aman dan kami bisa kembali ke rumah," kata seorang penduduk.
Memang, hanya dengan katong mau badame sajalah, Ambon Manise bisa terwujud kembali. (p01)

Cerita petualangan IIK Tohara klik aja di: http://ambonp2kp.blogspot.com